Selamat pagi, Bunda. Pernahkah Bunda mempertimbangkan si
buah hati yang baru berusia 5 tahun untuk mengikuti kursus membaca di tempat les anak yang letaknya tidak jauh dari
rumah? Mungkin karena khawatir kalau si buah hati belum dapat membaca dengan
lancar. Padahal, kemampuan calistung cukup menjadi bahan pertimbangan agar bisa
masuk ke SD favorit pilihan Bunda.
Kekhawatiran Bunda di atas, menurut psikolog Maria Herlina
Limyati, M.Si, Psi., menyatakan bahwa, "Sesungguhnya perlu tidaknya les
untuk anak prasekolah sangat bergantung pada kebutuhan si anak.
Sesuaikan juga dengan tahap pengembangan diri anak. Contohnya, les musik,
apakah anak sudah dapat memegang alat musik dengan baik?” jelas Maria.
Jika ingin anak les gambar, apakah anak sudah bisa menggenggam pensil dengan benar? Sama halnya
jika ingin anak les piano, apakah ia sudah mampu menekan tuts piano? Apakah
postur duduknya sudah benar? Bahkan, mengajari anak akan lebih mudah jika dia
sudah dapat membaca, sehingga anak mampu memahami not-not balok.
Menurut Maria, sudah seharusnya orang tua untuk
memperkenalkan kepada anak beragam pengalaman yang bisa
merangsang berbagai kecerdasan. Aktivitas harian juga dirasa cukup untuk
merangsang lima kecerdasan majemuk, yakni kecerdasan tubuh dan kinestetik,
kecerdasan visual spasial, kecerdasan bahasa, kecerdasan musik, dan kecerdasan
logika-matematika.
Salah satu contoh adalah mengajak anak playdate dengan sepupu yang sebaya
agar membantu meningkatkan kemampuan komunikasinya. Kemudian, bermain
menyanyikan lagu bisa mengasah kecerdasan musiknya. Kemudian, meminta si buah
hati untuk membagi kue kepada setiap anggota keluarga sepulang les anak bisa membantu mereka belajar
berhitung.
“Kalau ada skill
anak yang terlihat mencolok dalam suatu bidang, seperti anak suka menyanyi,
suka mendengarkan musik, baru kita mengarahkannya untuk belajar musik,” terang
Maria. Namun, Maria juga menekankan jangan sampai les tersebut sebetulnya
adalah ambisi orang tua yang belum kesampaian.
“Alangkah baiknya jika kita membedakan antara ambisi dan
rasa sayang anak; jangan sampai anak merasa terpaksa mengikuti keinginan kita,”
tambah Maria lagi. Dasar orang tua mengikutkan les anak sebenarnya sama, yaitu ingin mendorong kecerdasan anak.
Namun, banyak psikolog berpendapat kalau program yang
menawarkan pengajaran dini kepada anak sangat mungkin mengabaikan beberapa
fakta mendasar tentang cara belajar anak prasekolah. Para orang tua tentu belum
mengantisipasi dampak yang mungkin muncul karena terlalu dini memaksa anak
“belajar” sesuatu, baik itu kemampuan baca tulis berhitung atau seni.
Jadi, sebelum Bunda memutuskan untuk mendaftarkan buah hati
di tempat les anak, Maria
mengingatkan kembali beberapa hal di bawah ini.
Tujuan Sebenarnya Anak Ikut Les Tersebut
Jika tujuan si buah hati ikut les hanya agar banyak gerak
atau lebih aktif, mengapa tidak ajak mereka ke taman kota atau arena terbuka
lainnya di sekitar rumah? Bunda juga bisa mengajak anak olahraga pagi di car free day atau sekadar bermain sepeda
di sore hari.
Perhatikan Respons Anak
Sebenarnya membuat anak happy itu tidak mahal; cukup dengan memberinya kesempatan
bermain sebanyak mungkin. Dengan bermain si Buah Hati dapat belajar mengatur
kegiatannya sendiri, sekaligus membantu mengembangkan imajinasi dan mengasah
kreativitas. Dan andai Bunda sendiri dapat menjadi guru les anak, mengapa tidak?
Perhatikan Usia Anak
Les untuk meningkatkan kemampuan calistung lebih baik
ditunda hingga usia SD. Itu juga sebenarnya bisa dilatih sendiri di rumah.
Sementara les keterampilan bermusik, seni, atau olahraga, paling tidak bisa
dimulai sejak usia si buah hati masih dini.
Kurang lebih begitulah saran dari pakar les anak prasekolah. Semoga artikel ini
bermanfaat untuk Bunda. Jangan lupa untuk terus semangat.